Profil Kabupaten Batang
Sejarah Kabupaten Batang
.jpg)
Kabupaten Batang terletak di Provinsi Jawa Tengah, dengan luas wilayah 78.864,16 Ha. Dari luas total tersebut, 22.411,08 Ha (28,42%) adalah wilayah daratan untuk sawah dan 56.453,16 Ha (71,58%) tanah kering. Wilayah administrasi pemerintahan terbagi menjadi 15 kecamatan dan 248 desa.
Peta Lokasi PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW


Sejarah Kabupaten Batang

Berdasarkan catatan sejarah, Kabupaten Batang telah mengalami dua periode pemerintahan kabupaten. Periode I diawali zaman kebangkitan kerajaan Mataram Islam 2, yakni dari abad 17 sampai abad 20, tepatnya pada 13 Desember 1935. Sementara periode II dimulai awal kebangkitan Orde Baru (8 April 1966) hingga saat ini. Sejak dihapuskan status kabupaten dari 1 Januari 1936 sampai dengan 8 April 1966, Batang tergabung dengan Kabupaten Pekalongan. Namun pada tahun 1946, setelah Indonesia Merdeka, mulai timbul gagasan untuk menuntut kembalinya status Kabupaten Batang.
Tahun 1952, terbentuklah Panitia Pengembalian Kabupaten Batang, yang dimotori oleh tokoh masyarakat berpengaruh dan kalangan badan legislatif. Setelah 14 tahun berjuang, status Pemerintahan Kabupaten Batang dapat dikembalikan.
Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Batang terbentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1965, yang dimuat dalam Lembar Negara Nomor 52, tanggal 14 Juni 1965 dan Instruksi Menteri Dalam Negeri RI Nomor 20 Tahun 1965, tanggal 14 Juli 1965. Tanggal 8 April 1966, Raden Sadi Poerwopranoto dilantik sebagai Bupati Kepala Daerah Batang pertama.
Kabupaten Batang memiliki topografi pantai, dataran rendah dan wilayah pegunungan. Ada 5 pegunungan dengan ketinggian rata rata di atas 2.000 meter.

Jumlah penduduk Kabupaten Batang hasil registrasi pada akhir 2014 tercatat 718.453 jiwa, terdiri dari 359.074 jiwa adalah laki laki dan 359.379 jiwa adalah perempuan. Tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Batang tercatat 916 per km2.
Ketenagakerjaan, 34,10% penduduk Kabupaten Batang bekerja di sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan perikanan. Sedangkan 12,64% bekerja di sektor pedagangan dan 15,72% bekerja di sektor industri.

Tingkat pendidikan penduduk Kabupaten Batang 30,72% tidak/ belum tamat SD, tamat SD 41,32%, tamat SMP 16,14%, tamat SMA 8,85 % dan tamat Diploma (I, II, III & IV) sebanyak 2, 98%. Sedangkan untuk kehidupan beragama, penduduk Kabupaten Batang 99,57% beragama Islam, 0,18% beragama Katolik, 0,23% Protestan, 0,01% Budha dan 0,01% Hindu.
Potensi pertanian di bidang tanaman pangan, komoditas yang diunggulkan di antaranya padi, yang tercatat tahun 2014, dengan pencapaian produksi 1.787.260 kuintal.
Jagung mencapai 489.100 kuintal, ketela pohon mencapai 474.540 kuintal dan ketela rambat mencapai 369.810 kuintal.
Komoditas perkebunan yang diunggulkan di antaranya adalah karet, kapuk, kelapa dan teh. Komoditas peternakan yang diunggulkan adalah sapi, kerbau, kuda, kambing dan
domba. Juga ayam, itik dan angsa. Sedangkan perikanan meliputi perikanan laut yang produksinya mencapai 220.704,04 kuintal, perikanan darat mencapai 11.670 kuintal ikan tambak dan 486 kuintal udang.
Potensi Kabupaten Batang
Kabupaten Batang memiliki potensi besar untuk pengembangan wisata alam, wisata budaya dan wisata religi. Beberapa wisata pantai sangat berpotensi untuk dikembangkan. Industri dan berbagai komoditas unggulan saat ini juga menjadi skala prioritas Pemerintah Kabupaten Batang.
Wisata Alam Pantai Ujungnegoro
Merupakan salah satu pantai terindah dan andalan utama Kabupaten Batang. Pantai Ujungnegoro memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan religi dan menjadi salah satu target kunjungan para wisatawan religi. Di atas tebing pantai terdapat Petilasan Syeikh Maulana Maghribi, salah satu tokoh penyebar agama Islam di Kabupaten Batang.
Kabupaten Batang juga memiliki beberapa andalan wisata pantai lainnya, seperti Pantai Sigandu. Namun empat tahun terakhir ini pantai tersebut terkena abrasi. Kemudian Pantai Celong, di Kecamatan Subah, dengan keindahan kumpulan karang di sepanjang pantai, berdekatan dengan jalur kereta yang berada di tepi pantai.

Pantai Ujungnegoro

Tebing Mlalar, Desa Ujungnegoro

Kawasan Pantai Karangmaeso, Desa Depok, Kecamatan Kandeman

Pantai Karangmaeso, Desa Depok
Pantai Jodo merupakan pantai paling timur yang berbatasan dengan wilayah Kabupaten Kendal. Ditumbuhi Cemara Laut, Pantai Jodo digunakan Tentara Nasional Indonesia (TNI) sebagai tempat latihan rutin Taruna Akademi Militer, Magelang.
Makam Syeikh Maulana Maghribi

Suasana Khoul di Makam Syeikh Maulana Maghribi, Desa Wonosobo, November 2015
Syeikh Maulana Maghribi adalah pendakwah dari Timur Tengah, yang melakukan syiar agama Islam di tanah Jawa. Oleh karena itu, Makam Syeikh Maulana Maghribi tersebar di sejumlah daerah di Pulau Jawa. Di Kabupaten Batang, terdapat dua Makam Syeikh Maulana Maghribi, yakni di Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman dan di Desa Wonobodro, Kecamatan Blado.
Makam Syeikh Maulana Maghribi di Desa Ujungnegoro terletak di atas tebing Pantai Ujungnegoro. Makam ini berbatasan langsung dengan lokasi pembangunan PLTU Jawa Tengah 2 x 1.000 MW.
Setiap bulan Safar, diadakan Khaul yang puncaknya pada tanggal 15 Safar. Perayaan Khoul Syeikh Maulana Maghribi terbesar dan paling ramai terjadi di Makam Syeikh Maulana Maghribi, Desa Wonobodro, Kecamatan Blado. Oleh karena di area ini juga terdapat sejumlah makam lainnya, seperti makam Syeikh Sunan Kudus, Syeikh Bandi Maktis, Syeikh Fakir Sugih, Ky Agung Pekalongan, Syeikh Bahureksa, Syeikh Ki Ageng Wonobodro, dan para santri atau murid Syeikh Maulana Maghribi.
Wisata religi lainnya adalah Makam Syeikh Tholabuddin, Desa Masin, Kecamatan Warungasem dan Makam Syeikh Surgi Jati Kusumo, Desa Pasekaran, Kecamatan Batang.

Makam Syeikh Maulana Maghribi, Desa Wonosobo
Agrowisata Kebun Teh Pagilaran

Wisata alam yang tidak kalah menarik adalah dataran pegunungan, yakni Wisata Agro Selopajang Timur, Agrowisata Perkebunan Teh Pagilaran, Pemandian Air Hangat, Desa Sangubanya, Bandar Ecopark, dan Tubing Pandansari.

Kawasan wisata perkebunan teh Pagilaran

Buruh petik menggendong teh hasil petikannya
Agrowisata Teh Pagilaran merupakan satu-satunya wisata perkebunan yang menyajikan perkebunan teh, yang berada di pegunungan dengan berbagai macam fasilitas wisata alam. Pengunjung bisa melakukan wisata petik teh, termasuk tea walk atau berjalan-jalan di seputaran area kebun teh dan tea factory.
Pengunjung dapat melihat dan merasakan secara langsung proses pembuatan teh di dalam pabrik. Mulai dari cara memetik teh yang benar, hingga memilih daun teh untuk diproduksi. Pengunjung juga dapat langsung menikmati kehangatan dan kesegaran teh yang baru diproduksi.
Wisata Situs/Arca
Kabupaten Batang memiliki cagar budaya, peninggalan sejarah kuno yang masih banyak ditemukan di beberapa desa terpencil. Cagar budaya ini dilindungi oleh UU No.11 Tahun 2010, tentang Cagar Budaya.

Situs Ganesha, Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal

Arca Ganesha
Situs sejarah Ganesha ditemukan di Desa Silurah, Kecamatan Wonotunggal. Selain itu ada pula Arca Ganesha, Arca Siwa dan Yoni. Arca Gajah, Arca Dwarapala, dan Yoni ditemukan di Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal.

Batu Gajah, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal

Batu Gajah, Desa Brokoh, Kecamatan Wonotunggal

Desa Wisata Sodong merupakan wisata perkebunan salak di Desa Sodong, Kecamatan Wonotunggal
Warisan Budaya, Batik Batangan

Batik tulis Batang
Batik Batang
Seni kerajinan batik Batang, ditinjau dari segi motif dan sejarah sudah ada sejak zaman Kerajaan Hindu-Budha di Jawa. Kerajinan Batik Batang merupakan salah satu apresiasi budaya masyarakat Batang. Dari segi corak atau motif, batik Batangan masih dipengaruhi oleh batik Pekalongan dan batik Pesisiran. Namun, Batik Batang memiliki ciri khas dan motif tersendiri, berbeda dengan batik yang ada di wilayah Pekalongan, Surakarta, Lasem, Rembang, Banyumas, Tegal, Solo dan daerah lain.
Batik Batangan, memiliki corak warna yang menonjol dan khas yakni cokelat gelap, atau biasa disebut ‘Sogan’. Namun, perkembangan zaman menjadikan motif batik Batangan pun mengalami perkembangan dan mengikuti tren, meski tidak mengurangi ciri khas Batang.

Aktivitas buruh batik di workshop Batik Bulan
Di era tahun 60-an sampai 70-an, proses pembuatan batik di Kabupaten Batang masih dilakukan dengan cara tradisional, sehingga memiliki nilai khas dan artistik. Mayoritas pengrajin masih membuat batik tulis, dan sebagian kecil lainnya menggunakan batik cap. Kini pangsa pasar sudah bergeser, dengan mengikuti tren terkini, dari batik tulis menjadi batik cap.
Bahkan, produk batik kombinasi Tulis-Cap semakin banyak digemari. Perpaduan antara seni tradisional dan seni modern menghasilkan batik yang luar biasa.

Proses pembuatan batik cap, di workshop Batik Bulan

Perlengkapan membatik : Canting Cap milik Batik Choris
Batik Batangan, Generasi Ketiga
Batik Choris merupakan batik generasi ketiga batik Batangan warisan nenek moyang. Haji Slamet, yang sudah menggeluti batik Batangan sejak tahun 1930-an, telah memiliki merek batik Batangan dengan nama “Batang Asli” dan masih bertahan hingga tahun 1970-an.
Usaha batik Batangan H. Slamet diteruskan oleh Haji Abu Syari, sebagai pewaris dan sekaligus penerus bisnis batik Batangan Haji Slamet, dari tahun 1970-an. Keuletan, kesabaran dan keahlian membatik orangtuanya, menurun ke sang anak untuk terus melanjutkan Batik Batangan, sebagai warisan budaya asli orang Batang.
Haji Abu Syari yang lahir pada tahun 1943, menurunkan seni membatik kepada anak-anaknya untuk melanjutkan dan mengembangkan batik Batangan, warisan dari sang kakek. Sebagai generasi kedua, Haji Abu Syari membuat merek sendiri “Batik Antik”, yang hingga kini masih ada dan diteruskan oleh anaknya, Abdul Aziz, meskipun kondisi usahanya stagnan.
Bergulirnya waktu dan persaingan batik yang semakin tinggi, membuat Batik Antik kurang mengikuti tren dan tenggelam di dunia perbatikan. Meskipun merek Batik Antik masih ada, namun produksinya cenderung tidak ada.

Motif Batik Batangan, produksi Batik Bulan

Aris Ikhmawati, pemilik Batik Choris
Aris Ikhmawati, anak kelima dari Haji Abu Syari, menjadi penerus selanjutnya untuk melanjutkan bisnis batik Batangan, peninggalan sang kakek. Dengan merek “Batik Choris”, Aris Ikhmawati terus mengembangkan dan memproduksi batik Batangan secara besar-besaran. Istri dari Abdul Kholik ini mulai bangkit dan meneruskan batik Batangan yang menjadi ciri khas Kabupaten Batang. Meski baru memulai pada tahun 2000-an, Batik Choris tidak asing lagi di telinga masyarakat Batang maupun Pekalongan. Bahkan, sudah merambah hingga ke Jakarta, Bali dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.
Aris Ikhmawati yang dilahirkan pada 27 Juli 1976, mengaku bahwa mengurus bisnis batik memiliki banyak rintangan. Namun, dengan konsistensinya membawa motif dan corak Batik Batangan, Batik Choris masih eksis dan terus berkembang.
Dengan semangat dan keyakinannya, Aris Ikhmawati ingin membangkitkan dan mengembalikan kejayaan batik Batangan produksi dari orang tua dan kakeknya, melalui “Batik Choris”. Obsesinya, ketika orang berbicara batik Batangan, yang teringat adalah Batik Choris.
Ikon batik Batangan sudah melekat pada Batik Choris. Hal ini terbukti dengan dipercayakannya seragam batik Batangan untuk PNS Kabupaten Batang dan seragam sekolah.
Batik yang diproduksi saat ini lebih banyak jenis batik kombinasi (tulis dan cap) dan jenis batik kontemporer. Jenis batik ini mengikuti permintaan konsumen yang semakin kreatif, namun tidak meninggalkan motif pakem asli Batang.
Motif pakem asli Batang yang masih bertahan dan diproduksi oleh Batik Choris, seperti batik Parekesit, Batik Gringsingan, Batik Sido Luhur/Liris/Rujak Beling dan Batik Sido Mukti. Sedangkan motif batik Batangan sendiri memiliki ciri khas yang disebut dengan warna Sogan/Irengan/warna cokelat kehitam-hitaman.
Warna Sogan pada batik Batang biasanya digunakan sebagai warna dasar kain batik yang pada umumnya menampilkan motif berwarna putih dengan ciri khas remukan. Termasuk canting yang digunakan, karena sangat memengaruhi bentuk motif yang diinginkan.

Batik Batangan kontemporer
Komoditi Unggulan
Komoditi unggulan Kabupaten Batang yaitu sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan jasa. Komoditi unggulan sektor pertanian berupa jagung, kedelai, kentang, nanas, pisang, ubi jalar dan ubi kayu. Sub sektor perkebunan memiliki komoditi unggulan berupa karet, tebu, jambu mete, kopi, kelapa, kakao, aren, kapuk, lada, nilam, teh, tembakau dan cengkeh. Komoditi yang diunggulkan sub sektor peternakan berupa sapi, kambing, kerbau dan domba. Sub sektor jasa komoditi mengunggulkan wisata alam dan wisata budaya. Sebagai penunjang kegiatan perekonomian, di kabupaten ini tersedia satu pelabuhan, yaitu Pelabuhan Batang.
Emping Mlinjo
Salah satu komoditas unggulan Kabupaten Batang adalah Emping Mlinjo dari wilayah Kecamatan Limpung. Produk ini sudah dipasarkan ke berbagai kota besar di Indonesia, bahkan diekspor hingga ke Singapura, Malaysia dan Australia. Meningkatnya jumlah produksi berdampak pada bahan baku emping, yaitu mlinjo yang harus didatangkan dari luar daerah, seperti Yogyakarta, Purwokerto dan Banten.

Proses pembuatan emping oleh KUB Karya Bersama Berkah Karanggeneng, PT Bhimasena Power Indonesia
Ikan Laut

Tempat pelelangan ikan, TPI Klidang Lor 1, Batang
Kabupaten Batang memiliki garis pantai 38,73 kilometer yang membentang dari Kecamatan Batang, Kecamatan Tulis, Kecamatan Subah, Kecamatan Limpung dan Kecamatan Gringsing. Sebagian besar penduduk di kecamatan tersebut berada di jalur Pantai Utara.
Mata pencaharian mereka sebagian besar nelayan dan pengelolaan ikan laut. Hasil tangkapan nelayan, sebagian besar dikonsumsi sebagai ikan segar, dan sebagian diolah menjadi ikan asin, ikan pindang, ikan asap, tepung ikan, terasi dan lain-lain.

Aktivitas di tempat pelelangan ikan, TPI Klidang Lor 1, Batang
Galangan Kapal Kayu
Sentra pembuatan kapal nelayan yang terbuat dari kayu, menjadi salah satu industri unggulan di Kabupaten Batang. Produk kapal kayu asal Desa Klidang Lor, dan Karangasem Utara memiliki ciri khas tersendiri dan menjadi daya tarik para pengusaha ikan.
Ciri khas kapal kayu nelayan buatan Batang yaitu pada bagian haluan depan dan haluan belakang berbentuk lancip (meruncing). Kapal ini lebih dikenal oleh para nelayan sebagai kapal Pekalongan. Sejalan dengan perkembangan waktu, nelayan Tionghoa asal Bagan Siapiapi mulai membuat kapal kayu nelayan di wilayah Pekalongan dan Batang.
Kabupaten Batang memiliki ciri khas tersendiri yakni hasil kombinasi kapal Bagan Siapiapi dan Pekalongan. Haluan depan berbentuk lancip dan haluan belakang melebar (elber). Ciri khas ini melekat dengan nama Kapal Batang. Ciri khas Batang mulai dikenal di kalangan nelayan Indonesia dan luar negeri. Sekitar tahun 1990- an, industri kapal kayu nelayan mulai bangkit dengan banyaknya pesanan dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Sebagian konsumen mengalihfungsikan kapal nelayan khas Batang ini menjadi kapal wisata dan angkutan pembibitan mutiara.

Rangka kapal angkut pembibitan mutiara, Galangan Kapal Nuh Marine
Melati
Perkebunan melati di Kabupaten Batang berada di pesisir wilayah Pantai Utara. Keberadaan kebun melati berada di sepanjang pantai di Desa Depok, Desa Ujungnegoro, Kecamatan Kandeman, Desa Denasri Kulon, Desa Denasri Wetan, Kelurahan Karangsari Utara, Kecamatan Batang.
Sebagian besar melati hasil panen dijual ke perusahaan teh di Pekalongan dan Tegal.

Perkebunan melati di Desa Depok, Kecamatan Batang, Kabupaten Batang